DPR Habiskan 1,3 Miliar Hanya Untuk Studi Banding Soal Logo PMI


22 Anggota DPR Studi Banding ke Eropa Habiskan Biaya Rp 1,3 Miliar Hanya Soal Logo PMI - Yugo21 enggak mau banyak komentar disini, takut salah. Silahkan sobat baca dan menilai sendiri berita dibawah ini :

Studi Banding Lambang PMI, DPR Habiskan Rp 1,3 miliar

Rabu, 05 September 2012 | 14:32 WIB 
JAKARTA. Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) menyatakan, kunjungan keluar negeri anggota Badan Legislatif Dewan Perwakilan Rakyat (Baleg DPR) ke Denmark dan Turki menghabiskan anggaran Rp 1,3 miliar. Rinciannya, anggaran sebesar Rp 666 juta untuk ke Denmark dan sisanya Rp 636 juta ke Turki 
Koordinator FITRA Uchok Sky Khadafi mengatakan kunjungan ke Denmark dan Turki dibagi dalam dua tim yang masing masing terdiri dari 10 orang. Ini berarti setiap anggota DPR yang ke Denmark menghabiskan anggaran Rp 66,627 juta dan ke Turki sebesar Rp 62,253 juta. 
Uchok menuding, anggota DPR yang melakukan studi banding demi lambang Palang Merah Indonesia (PMI) hanyalah modus untuk bersenang-senang. Dia bilang anggaran itu seharusnya bisa dihemat dan digunakan untuk kepentingan rakyat. 
Karena itu, dia menyatakan, kunjungan hanya untuk membahas lambang PMI sulit dicerna. "Masa mau menentukan lambang Palang Merah saja harus berkunjung ke dua negara tersebut?" ujar Uchok melalui siaran pers yang diterima KONTAN, Rabu (5/9). 
Ketua Baleg Ignatius Mulyono memastikan tujuan kunjungan ke Denmark dan Turku adalah untuk mencari tahu lambang PMI. "Selama ini ada perdebatan apakah akan menggunakan palang merah atau bulan sabit merah," ujar Ignatius pada Selasa (49) yang turut bertandang ke Denmark. 
Ignatius mengatakan anggota Baleg sudah berangkat ke Denmark dan Turki sejak 3 September 2012. Perjalanan sedianya akan berlangsung selama lima hari. Dari data yang diperoleh dari sekretariat Baleg DPR, 22 anggota Baleg pergi ke Denmark dan Turki. 
Berikut ini nama-nama nama anggota Baleg yang melakukan studi banding lambang palang merah ke Denmark dan Turki berdasarkan data dari Sekretariat Baleg DPR.
Denmark
1. Dimyati dari fraksi PPP
2. Ignatius Mulyono dari fraksi Demokrat
3. Zulmiar Yanri dari fraksi Demokrat
4. Ade Surapriatna dari fraksi Golkar
5. Irvansyah dari fraksi PDIP
6. Hoing Sanny dari fraksi PDIP
7. Bochori Yusuf dari fraksi PKS
8. Mardani Ali Sera dari fraksi PKS
9. Jamaluddin Jafar dari fraksi PAN
10. M Unais Ali Hisam dari fraksi PKB
11. Djamal Aziz dari fraksi Hanura 
Turki
1. Sunardi Ayub dari fraksi Hanura
2. Anna Mu'awanah dari fraksi PKB
3. Hari Wicaksono dari fraksi Demokrat
4. Khotibul dari fraksi Demokrat
5. Didi Irawadi dari fraksi Demokrat
6. Nurliah Marlia Mukhtar dari fraksi Golkar
7. Tety Kadi Bawono dari fraksi Golkar
8. Eddy Mihati dari fraksi PDIP
9. Aus Hidayat Nur dari fraksi PKS
10. Rusli Ridwan dari fraksi PAN
11. Zainut Tauhid dari fraksi PPP 
Sumber Berita : nasional.kontan.co.id/

Cuma Soal Logo PMI, Anggota DPR Studi Banding ke Eropa
5 September 2012 12:10 
JAKARTA: Sebanyak 20 orang anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI melakukan studi banding ke dua negara Eropa, Denmark dan Turki, guna mencari rujukan dalam menentukan logo Palang Merah di Indonesia. "Ke sana untuk pemilihan lambang Palang Merah karena perdebatan di Baleg tidak selesai-selesai. Ada yang minta lambang Bulan Sabit Merah dan Red Cross, makanya kita mengecek ke negara asal lambang tersebut," kata Ketua Baleg DPR RI Ignatius Mulyono di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan beberapa anggota fraksi di Baleg DPR RI menginginkan agar Indonesia menggunakan lambang Bulan Sabit Merah sementara Fraksi Partai Demokrat lebih memilih lambang Palang Merah yang banyak digunakan di kancah internasional. Menurut dia, kunjungan dua tim DPR RI yang masing-masing beranggotakan 10 orang itu ke Turki dan Denmark dilakukan sejak 3 September 2012 dan akan berlangsung selama lima hari."Kalau ke Denmark dipimpin Pak Dimyati Natakusuma (PPP), kalau ke Turki dipimpin Bu Anna Muawanah (PKB)," katanya. 
Namun politisi dari Partai Demokrat itu mengaku sama sekali tidak mengetahui sumber anggaran untuk kunjungan studi banding tersebut."Masalah anggaran itu urusan Sekretariat Jenderal DPR dan Sekretariat Baleg, jadi pimpinan tidak menandatangani," jelas dia.Menurut data yang diperoleh Koordinator Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia untuk Transparasi Anggaran (FITRA), Uchok Sky Khadafi, studi banding tersebut menelan biaya Rp1,2 miliar. 
Ia menuturkan, anggaran kunjungan anggota Baleg DPR RI ke Denmark mencapai sekitar Rp666 juta dan alokasi anggaran ke Turki sampai Rp636 juta.Dengan anggaran sebesar itu, menurut dia, setiap anggota dewan yang ikut studi banding ke Denmark akan menghabiskan anggaran sekitar Rp62 juta untuk ongkos pesawat kelas eksekutif dan biaya harian sekitar Rp4 juta. 
Sementara seorang anggota DPR RI yang ikut studi banding ke Turki akan menghabiskan anggaran sekitar Rp59 juta untuk ongkos pesawat kelas eksekutif dan biaya harian sekitar Rp3 juta.Uchok menilai tindakan anggota Baleg DPR RI tersebut tidak masuk akal. "Masa mau menentukan lambang Palang Merah saja harus berkunjung ke dua negara," kata dia.DPR, kata dia, seharusnya bisa menghemat anggaran dan membuang agenda-agenda yang tidak penting seperti melakukan kunjungan kerja atau studi banding yang hasilnya tidak jelas. 
sumber berita : www.kabar24.com/

Tidak Perlu Ganti Logo PMI
Rabu, 05 September 2012 18:20 WIB  
Bahas Lambang Palang Merah ke Denmark, DPR Habiskan Anggaran Rp1,3 Miliar
Inilah 22 Anggota DPR RI yang Berangkat ke Turki dan Denmark 
JAKARTA--MICOM: Anggota Badan Legislatif Taslim Chaniago menyatakan studi banding 22 anggota Baleg ke Denmark dan Turki untuk menentukan logo palang merah yang akan digunakan di Indonesia, tak perlu. "Saya anggota Baleg, tapi kalau hanya menentukan logo palang merah, Red Cross atau Bulan Sabit Merah, tidak penting sama sekali," ujar Taslim di Jakarta, Rabu (5/9). Anggota DPR RI dari Fraksi PAN ini mengatakan sebenarnya terkait dengan lambang Red Cross dan Bulan Sabit Merah tidak perlu dipersoalkan, karena sudah menjadi ketentuan internasioanal. 
Selain itu, karena lambang Palang Merah sudah dikenal banyak orang, sebaiknya itu tidak perlu diubah lagi, karena jika masuk daerah konflik lambang itulah yang paling dikenal oleh masyarakat. "Lambang Red Cross sudah dipakai secara internasional. Bila diubah dengan logo lain, dan masuk ke daerah konflik, maka orang tidak akan mengenal logo selain Red Cross, bisa menimbulkan masalah baru," kata Taslim. 
Sumber berita : www.mediaindonesia.com/

Bagaimana pendapat sobat? adakah yang punya ide buat membantu para pejabat yang terhormat tersebut untuk menentukan simbol PMI ? Kasih komentar dibawah

Sekian artikel tentang "DPR Habiskan 1,3 Miliar Hanya Untuk Studi Banding Soal Logo PMI". Terimakasih telah membaca


Previous
Next Post »
5 Komentar
avatar

maunya yang mewah. cuma logo aja sampai segitunya huft

Balas
avatar

yang begini ni yang bikin ngilu di otak dan telinga,,, katanya kaum terdidik tapi perilakunya licik...

#payah sudah para oknum2 DPR ini

Balas
avatar

Mewah-mewah melulu .... rakyat di sna sini menderita ....

Balas
avatar

sangat ironi memang, disaat rakyat masih banyak yang miskin, dpr malah menghamburkan buat yang tidak terlalu penting

Balas
avatar

DPR adalah Dewan pemeras rakyat. namun ada baiknya juga di sebut dewan perwakilan rakyat, karena raykyat butuh duit, si DPR sudah mewakilkan dengan menghambur hamburkan uang seperti ini

Balas