Letusan Matahari Membawa Berkah

Arriyadh Prayugo's Blog

VIVAnews - Meski dramatis, letusan dahsyat Matahari pada 14
Februari lalu ternyata tidak sampai memaksa astronot di Internal
Space Station untuk lari berlindung. Malah, tampaknya letusan
matahari itu membantu menurunkan dosis radiasi yang diterima
astronot.

Letusan yang terjadi tersebut, yang merupakan letusan terbesar
selama empat tahun terakhir, mengirimkan gelombang radiasi
besar dan partikel yang bergerak cepat ke arah Bumi. Setelah
letusan itu, Matahari tetap aktif. Bahkan empat hari kemudian, ia
kembali melontarkan lidah api besar.

Beruntung, stasiun ruang angkasa ISS berada di jarak 354
kilometer di atas permukaan laut. Ia masih dilindungi medan
magnet pelindung milik Bumi yang melindungi dari badai luar
angkasa pada umumnya.

“Jika astronot tetap berada di dalam stasiun ruang angkasa, ia tidak
dalam bahaya,” kata Frank Cucinotta, Chief Scientist of Space
Radiation Program, NASA, seperti dikutip dari Space, 22 Februari
2011. “Bahkan radiasi dari letusan matahari itu membawa berkah,”
ucapnya.

Cucinotta menyebutkan, yang jauh lebih mengkhawatirkan bagi
astronot justru adalah sinar kosmik galaksi yang datang dari
tempat lain. “Gelombang radiasi dan partikel dari Matahari justru
menyapu sejumlah sinar kosmik dengan energi ultra tinggi yang
datang dari luar sistem tata surya, ” ucapnya.

Sebagai informasi, sinar kosmik yang beredar umumnya terdiri
dari proton berenergi tinggi yang dilahirkan oleh ledakan supernova
dan kejadian dramatis lain yang terjadi di seluruh penjuru alam
semesta. Gelombang ini terus menerus membanjiri tata surya kita
dari jauh, dan mereka jauh lebih sulit diatasi dibandingkan dengan
radiasi dari Matahari kita.

Atmosfir Bumi mampu melemahkan sinar kosmik, sehingga
astronot menerima dosis radiasi jauh lebih tinggi dibanding mereka
yang tinggal di bumi. Partikel yang bergerak dalam kecepatan tinggi
bisa memasuki kulit dan daging manusia, menghantam sel tubuh
dan merusak DNA. Sejalan dengan waktu, manusia yang terimbas
radiasi secara terus menerus berpotensi terkena kanker dan
masalah kesehatan lain.

Namun demikian, badai Matahari yang terjadi pekan lalu justru
mereduksi eksposur terhadap radias kosmik. “Gelombang
magnetik milik Bumi mampu memantulkan partikel kosmik,” kata
Cucinotta. “Sehingga, saat radiasi Matahari tiba di Bumi, ia menyapu
banyak sinar kosmik yang berada di hadapannya,” ucapnya.

Fenomena ini disebut sebagai “Forbush decrease” dan pernah
terjadi di tahun 2005 lalu. Ketika itu, radiasi sinar kosmik dari
penjuru alam semesta berhasil disapu oleh gelombang radiasi dari
Matahari hingga berkurang sekitar 30 persen.

Artinya, meski badai yang terjadi di Matahari berpotensi merusak,
misalnya mengganggu infrastruktur listrik dan komunikasi di
seluruh dunia, dahsyatnya kekuatan radiasi itu juga membawa
berkah yakni membuat gelombang pelindung bagi astronot yang
berada di ratusan kilometer di atas Bumi.
Previous
Next Post »
1 Komentar
avatar

wah, bagus sob, hehehe skalian blogwalking dpt ilmu baru, thanks atas artikelnya

Balas